Cerpen “Gadis kecil, Lala”
Seperti biasa lisa selalu menunggu leni tiap pulang sekolah di jembatan dekat pertigaan gerbang sekolah itu, tak jarang teman-teman heran dengan tingkah laku mereka yang terkenal sangat super hiperaktif.
Suatu hari mereka  jalan-jalan pagi di alun-alun kota, pagi itu begitu mendung dan suasana sangat gelap gulita, namun mereka tetap saja melanjutkan perjalanan mereka di sekitar alun-alun, tak beberapa lama kemudian angin dari arah barat menghembus kencang di sekitar kota, dan disertai dengan hujan yang sangat dahsyat, semua orang di kota  seketika itu panik, termasuk lisa dan leni.
Seusai 30 menit hujan dan angin itu hilang, suasana kota menjadi terang benderang, orang-orang melanjutkan aktivisnya, namun berbeda dengan seorang gadis kecil yang ada di dekat pohon Ketapang pojok alun-alun itu.
“Lis, Lihatlah anak itu,(sambil menunjukkan arah pandangannya) apa yang dia lakukan?, terlihat menggigil kedinginan”, Tanya Leni pada Lisa,
“Mana aku tak melihatnya”, jawab Leni kepada Lisa”,
“Ayok ikut aku, agar kamu melihatnya”, seru Leni pada Lisa

Leni dan Lisa segera melangkahkan kaki kearah gadis itu, lalu mereka mendekatinya.
“Dek, kamu sedang apa, gadis itu kaget dan langsung lari tanpa menghiraukan Leni dan Lisa,
Mereka berdua semakin penasaran dengan gadis itu,
Mereka mengikuti arah perginya gadis itu, dengan pelan dan hati hati mereka mengamati aktivitas gadis seharian dikota itu. Gadis itu menyusuri sepanjang jalan raya, dan memunguti tiap-tiap tempat sampah yang ada di pingir jalan-jalan trotoar kota itu, mereka sangat kagum dengan gadis itu.
Gadis itu memilihi kaleng-kaleng, botol-botol, dan sisa-sisa plastik bekas yang masih kering, ia masukan satu persatu kedalam tas yang di gendonngnya, memang aneh gadis itu tas yang dibawanya berbeda dengan tas-tas yang dibawa oleh pemulung-pemulung pada umumnya.
Leni dan Lisa hanya bisa mengamati dan memperhatikan dari seberang jalan trotoar kota itu. Mereka memutuskan untuk kembali pulang saja.

Keesokan harinya Lisa hendak pergi ke sekolah, ditengah perjalanan lisa melihat gadis itu lagi, gadis yang pernah ia lihat kemarin pagi, waktu itu sekitar pukul 06.45, pada umumnya anak-anak dijalanan semua sibuk berangkat ke sekolah, lalu lintas macet. Namun itu tidak terlihat pada wajah pada gadis itu.
Gadis itu berpakaian rapi, tetapi bukan pakaian sekolah pada umumnya, namun ia mengendong tas hitam yang mirip anak-anak sekolah.
Gadis itu terus berjalan hingga menuju pintu gerbang Sekolah Dasar yang letaknya bersebelahan dengan SMA PUSPITA, yaitu sekolahnya Lisa dan Leni.
Gadis itu memasuki pintu kecil di samping kelas Lisa dan leni  yang menembus jalan ke lorong SD itu, ia mengendap-ngendap dan mengamati yang ada didalam kelas, dengan duduk di samping jendela dan dibwah vas bunga yang besar yang menutupi dirinya ada disana, namun gadis itu tetap terlihat dari dalam kelas Lisa leni karena permukaan tanah yang tinggi dari SMA Lisa dan Leni.
Gadis itu mengeluarkan buku dan polpen dari dalam tasnya, lalu Ia memperhatikan benar-benar pelajaran yang sedang diterangkan guru, tak ada yang mengetahui keberadaanya disitu, hingga waktu bel berbunyi. Namun tiap kali leni dan Lisa memperhatikannya , gadis itu selalu membuangkan wajahnya menghindari arah mereka. Tak selalu bisa memperhatikan gadis itu tiap usai istrirahat sekolah, karena seketika gadis itu hilang, tak tahu kemana arahnya ia pergi.
Gadis itu terlihat dewasa, namun sebenarnya umur gadis itu masih 10 tahun. Ayah dan ibunya sudah bercerai saat dia berumur 6 bulan,Lala memilih tinggal bersama ayahnya,  Peraturan pemerintah yang membuat Lala tidak bisa mengenyam pendidikan sekolah dasar seperti anak usia itu pada umumnya karena tak punya akta kelahiran,
Pekerjaan ayah Lala hanyalah serabutan, namun Lala tidak terlalu bergantung dengan Ayahnya, Ayah Lala tak terlalu mengurusi dia, Ayah lala hanya memberi dia makan, Lala ingin seperti teman-temanya yang bisa keluar rumah berangkat sekolah, 
Namun kondisi nya yang membuat dia sulit untuk berkarya, Lala selalu mampir kerumah baca di kompleks kota, 4 kali dalam seminggu dia habiskan waktunya di rumah baca, dia sangat gemar membaca komik-komik fiksi sains, dia sangat gemar matematika hampir tiap dia kesana, banyak teman sebayanya mengira bahwa Lala itu sekolah, tak jarang teman-teman Lala  dirumah baca itu meminta ia mengajari matematika dan kadang membantu menyelesaikan PR-PR nya.

Memang Lala tak pernah menceritakan kondisi keluarganya dengan siapapun termasuk teman-teman yang ada dirumah baca itu, setiap Lala ditanya ,
“Rumahmu mana, kamu sekolah dimana Lala” dia selalu diam dan tak menjawabnya. Lala selalu berusaha mengalihkan perhatian dengan sesuatu yang menarik perhatian temannya dengan menceritakan kejadian-kejadian unik di komik yang dibacanya agar teman-teman lupa dan tak membahas lagi tentang latar belakang dirinya.
Suatu hari Leni dan Lala mengadakan suatu acara di SMA nya, Leni dan Lisa memang aktivis sejati, mereka sangat-sangat peduli dan peka atas apa yang ada disekitarnya.
Ia tak pernah menjadi peserta didalam acara-acara tersebut. Mereka selalu bergerak di belakang, walau pun mereka tak pernah Nampak didepan, tapi tanpa mereka acara tak bisa berjalan dengan lancar, banyak guru yang salut dengan mereka berdua.

Ketika itu sekolah mereka sedang memperingati hari ulang tahun sekolah, sekolah mengadakan banyak acara dan kegiatan, diantaranya lomba baca puisi, lomba tulis cerpen, karaoke, basket, volly, dll, hingga sampai kegiatan bakti sosialpun ada, hampir menjadi agenda tahunan SMA Puspita berpesta.
Tak membutuhkan banyak dana untuk mengadakan acara yang terbilang sangat besar itu, Karena Leni dan Lisa pintar dan kritis dalam mancari link sponsor dan bekerja sama dengan perusahan wirausaha  yang bisa membantu memperlancarkan acara sekolah,  para siswa tak dipungut iuaran sama sekali untuk menikmati acara tersebut,
Leni dan Lisa adalah anak yang sangat rajin, dikelas ia bisa menyesuaikan diri dengan teman-temanya hampir setiap kegiatan kelas Leni dan Lisa menjadi kelas terfavorit se SMA Pelita,
Suatu hari SMA PUSPITA mengadakan kegiatan Bakti Sosial atau yang biasa dikenal dengan baksos, dan Bersih jalanan ke daerah-daerah sekitar sekolah,seluruh anak-anak SMA PUSPITA turun kejalanan langsung, mendatangi rumah-rumah pinggiran disekitar kompleks-kompleks kota, ada juga yang mendatangi ibu-ibu pedagang asongan, ada juga yang membantu pedagang asongan untuk menjualkan barang dagangannya, namun berbeda dengan Leni dan Lisa, ia ditugasi untuk mendata dan mencari panti asuhan disekitar kawasan kota dekat SMA PUSPITA,
Dengan kerja keras dan pantang menyerah Leni dan Lisa mencari info sebanyak mungkin mengenai keberadaan panti asuhan yang ada disana, hingga sampai ke pemerintah kota mereka lalui, demi menggali info tersebut. Namun di dalam catatan data kantor pemerintah kota tak ada yang bisa di pastikan, hanya ada satu daftar panti yang ada di daftar buku itu, yaitu Panti Asuhan Cristiani, serentak Leni dan Lisa kaget dan heran sekali, sambil menggumam (“masak kota sebesar ini tak ada data document yang jelas”) tanggap Leni kepada Lisa ketika mereka saling berpandangan.

Keesokan harinya Leni dan Lisa baru menjalankan amanatnya, Leni dan Lisa segera mencari alamat panti asuhan itu, setelah 1 jam akhirnya mereka menemukan alamat panti asuhan tersebut.
Sampai didepan gerbang, panti Lisa tak sengaja melihat biarawati,
Lisa kaget didalam hati lisa berkata (“ini pasti bukan panti asuhan biasa, seperti umat non-muslim) namun Lisa tak mengatakan tentang hal ini kepada Leni karena Leni beragama katholik. takut menyinggung perasaan Leni , mereka berdua tak pernah mempersoalkan agama, bagi mereka agamaku agamaku, agamamu agamamu, namun hal itu tak menghalagi persahabatan mereka, mereka sangat menghormati perbedaan itu, karena bagi mereka semua agama akan mengajarkan sesuatu kebaikan yang sama pula, hanya saja caranya berbeda-beda.


mereka tetap berjalan hingga sampai ke pintu kedua panti asuhan.
Leni membunyikan lonceng didepan pintu panti itu, “

“klenteng-klenteng” bunyi yang khas pada lonceng itu, mengingatkan Leni pada 10 tahun yang lalu, Leni terdiam seketika itu, wajah Lisa heran menatapi “ Kamu kenapa Len, tak seperti biasanya” Tanya Lisa pada Leni,
“e ,, enggak apa-apa kok” jawab Leni dengan gugup.
Lima menit menunggu akhirnya orang didalam pintu asuhan itu keluar,
“siapa ya?” Tanya ibu panti asuhan itu kepada mereka,
Maaf bu sebelumnya, karena kedatangan kami menganggu ibu, perkenalkan saya Leni dan ini teman saya  Lisa, kami ingin bersillaturrahmi kesini bu’, jawab Leni sambil menjelaskan maksud kedatangannya,

Ibu panti menyambut dengan hangat, “ Oh , silahkan masuk, “monggo-monggo beginilah keadaan panti ini Dek,” jawab ibu panti,
Mata lisa tetap terus memperhatikan seisi panti, banyak foto-foto ala agama kristiani, namun Lisa tetap menikmatinya,
“Bu bolehkan kami bertanya” oh ya bu nama ibu siapa ? maaf bu, hehe, Tanya Leni pada Ibu,

Oh ya,, panggil saja saya Ibu Rosa, tetapi anak-anak biasa memanggil saya Bunda, “Jawab Ibu Rosa pada Leni.
Perbincangan mereka semakin asyik, hingga Ibu Rosa menceritakan mengenai panti itu.
Sejak bulan lalu, panti ini sepi, donator yang biasanya masuk sekarang sudah sedikit, itu karena anak-anak disini tidak ada yang berpotensi, para donator enggan lagi mengurusi panti itu karena anak-anak panti tisk ada yang mengenyam pendidikan SD, mereka hanya diberi materi-materi kehidupan dan beragama saja,
Miris mendengarnya, namun mungkin itu hanya cara para donator yang ingin melepaskan tanggung jawabnya.
Namun, setelah ada Lala, gadis kecil yang rela membantu ank-anak disini belajar menulis dan membaca, kadang-kadang memberi materi pelajaran matematika kelas 7, akhirnya anak-anak di panti bisa semangat lagi.
Cerita singkat dari Ibu Rosa membuat hati Leni dan Lisa terketuk, namun mereka masih bingung dengan gadis kecil yang diceritakan Ibu Rosa tersebut,
“Lala, Siapa itu bu”, Tanya Lisa pada ibu Rosa
Ibu Rosa menjawab, “ Ya Lala, gadis kecil dari kota sebelah, dia gadis yang sangat pintar,namun ibu juga tak mengetahui asli latar belakangnya.
Lala selalu mengajari anak-anak di panti, dan Lalapun terlihat nyaman di Panti itu. Biasanya Lala ke panti tiap sore. Leni dan Lisa penasaran dengan Lala, akhirnya Leni dan Lala memutuskan untuk menunggu Lala datang ke panti.
Waktu Sore telah tiba, dan saatnya Lala yang memakai pakain lumayan rapi itu sudah berada di aula panti untuk mepersiapkan materi yang akan disampaikan nanti sambil menunggu anak-anak panti.
Dari dapur jendela Leni dan Lisa mengintip Lala, memperhatkan betul-betul wajah Lala,
“OOOOOOH,, Gadis itu,” secara bersamaan Leni dan Lisa terkejut,
Di dalam hati Leni berkata “Sebenarnya Lala itu siapa, dia sekolah dimana, materi yang disampaikan dia saja bukan materi-materi yang ringan”.
Setelah Lala selesai mengajari anak-anak panti, seperti biasa Lala menemui Ibu Rosa, Ibu Rosa memperkenalkan mereka dengan Lala, Lala tak mengenali mereka berdua. Dengan singkat mereka bertiga akrab, hingga suatu hari Leni dan Lisa akhirnya mengetahui sebenarnya Lala.
Leni dan lisa memang medapatkan amanat dari sekolahnya untuk membantu mengamati kegiatan disana karena, sekarang salah satu donatur terbesar yaitu dari SMA pelita. Leni dan Lisa berusaha membantu menyelesaikan masalaha Lala, Lala ingin benar-benar mengenyam pendidikan seperti anak-anak seumuranya. Namun Lala tak pernah menceritakan keinginannya, Leni dan Lisa tak sengaja melihat karya puisi yang ditulis oleh Lala indah sekali, kemudian Leni dan Lisa betul-betul mengetahui potensi yang terdapat didalam diri Lala,
Kemudian Leni dan Lala, menceritakan kegiatannya berbulan-bulan di Panti Asuhan itu, termasuk kisah hidup Lala, mereka menjelaskan panjang lebar kepada pihak sekolah, pihak sekolah pun mengerti atas keinginan baik Leni dan Lala.
Pihak sekolah mencari jalan keluar dengan berbagai cara agar Lala bisa sekolah, namun banyak sekolah banyak yang menolaknya dengan alasan Lala tak punya akta kelahiran. Bagaimana perasaan Lala selama hidupnya, Jika hanya satu masalah itu yang menjadi penghalang cita-citanya.
Dengan penih pertimbangan ari berbagai pihak sekolah akhirya pihak sekolah membangunkan sekolah informal di panti asuhan itu, namun apa yang diajarkan sama hal nya sekolah formal.
Dengan penuh pertimbangan akhirnya Lala bisa bersekolah di SD samping sekolah Leni dan Lisa, mendengar berita itu Leni dan Lisa sangat senang. Dan ingin cepat-cepat mangabarkan berita ini kepada Lala.
Leni dan lala segera kepanti untuk mengabari berita gembira ini kepada Ibu Rosa dan Lala, bahwasanyya anak-anak panti bisa mendapatkan materi pelajaran yang ia dapatkan tanpa harus menunggu donatur-donatur yang membantunya. Karena pemerintah kota sudah bertanggung jawab atas semua yang menyangkut kegiatan panti.
Berkat Leni dan Lisa yang didukung pihak sekolah dan pemerintah kota , akhirnya Panti itu menjadi besar dan banyak orang-orang yang sekadar mengunjungi, atau bahkan sekadar menyumbangkan ilmu untuk mengajari ketrampilan-ketrampilan untuk anak-anak panti disana.
Berita bahagia itu belum sampai kepada Lala, Leni dan Lala mencoba mencari rumah Lala, namun ia susah sekali menemukan, seharian dia mencari Lala, dirumahnya kosong,
Kata tetangganya, Lala sudah pindah sejak kemarin sore, dia ikut ibunya ke Sumatra untuk melanjutkan sekolah disana.
Leni dan Lisa menemukan sepucuk surat dari Lala di depan pintu rumahnya, surat itu ditujukan untuk Ibu Rosa, Leni dan Lisa. Isi surat itu adalah ucapan terimakasih untuk semuanya, suatu saat dia akan kembali dengan membawa kesuksesan ditangannya.




By:R



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat Cinta Tukang Buah dan Tukang Sayur (Jenis Teks Anekdot)

Contoh Humor