RAMADAN
Ramadan
tahun ini masih di kota perantauan, kota yang banyak mengajarkanku banyak hal.
mulai arti sebuah perjuangan, pengorbanan, dan keberkahan.
Banyak
hal yang aku yakini dalam menjalani hidup karena suatu keadaan yang mendesak
dan memaksakan sehingga aku menjadi belajar untuk menerima apapun yang terjadi
karena kehendak-Nya.
Sama seperti suasana ramadan empat tahun yang lalu, waktu itu aku
berusia 18 tahun, kala itu aku masih semester dua di salah satu universitas di
kota Semarang. Waktu itu aku benar-benar buta akan suasana di kota Semarang,
kota semarang yang katanya kota metropolitan, kota anak perantauan, kota
pendidikan dll.
Atmosfer yang aku rasakan di kota ini pun belum dapat aku syukuri,
suasana yang begitu keras, serba mandiri, sendiri, sampai berjalan sendiri. Apapun
di lakukan sendiri. Itulah yang menjadikan keyakinanku untuk dapat merubah diri
dan mencari lingkungan yang membuatku nyaman di kota ini. Hampir semua kegiatan
aku ikuti, kepanitian kampus, kegiatan-kegiatan pengembangan diri, dll agar aku
bisa menikmati suasana hati yang tidak sepi. Namun hal itu belum dapat
membuatku nyaman dan damai, ada saja yang kurang bagiku, rasa yang pernah aku
dapatkan di kota kelahiranku, kota Pekalongan belum dapat tergantikan oleh
suasana kota perantauan yang begitu indah di mata Mahasiswa lainnya.
Sampai akhirnya aku menemukan lingkungan yang baru, lingkungan yang
baru ini aku dapatkan dari penjajakanku selama satu tahun di kota perantauan,
lingkungan yang aku inginkan seperti suasana di kota kelahiranku Aku bersyukur
dapat bertemu dengan orang yang mengantarkanku sampai saat sekarang ini.
Aku memutuskan untuk tidak melanjutkan di tempatku yang lama,
karena banyak hal, mungkin bagi mahasiswa lain tidak ada masalah, tapi entah
kenapa hati kecilku tak dapat menerima untuk tetap tinggal di tempatku yang
lama.
Bersambung
****
Komentar
Posting Komentar